Kasihan..Dizan Menderita Jantung Bocor Butuh Uluran Tangan
WAJAH Deni (43) terlihat kusut. Matanya sembab, saat wartawan menemuinya di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru, Selasa (22/8/2017).
Sudah seminggu Deni tidak tidur. Itu dilakukannya demi Al Dizan Magribi, anak kandungnya yang menderita bocor jantung. Saat disambangi, di Ruang Merak, kamar Kelas III di lantai 3 rumah sakit milik pemerintah itu, Dizan terlihat lemas.
Beberapa peralatan medis menancap di tubuh mungilnya. Kaki kiri bocah tujuh tahun ini menancap sebuah jarum infus. Sedangkan rongga hidung dan mulutnya dipasangi selang oksigen.
Ia duduk terkulai lemas di atas tempat tidur. Karena memang, Dizan tidak bisa berbaring lantaran sakit yang ia derita.
Nafasnya terengah dan matanya terlihat sayu. Perutnya terlihat buncit dan keras saat ditekan. Padanganya terus tertuju ke ibunya yang menopang tubuhnya agar tidak tumbang.
"Kesehatannya terus memburuk setelah selama sepekan mengalami gangguan pernapasan," kata Deni.
Menurut Deni, jantung bocor yang diderita anaknya itu sudah sejak lahir. Tapi, dua tahun belakangan kondisi Dizan membaik. Bahkan anak ke empat dari lima bersaudara ini sudah sekolah di taman kanak-kanak.
"Sejak dua pekan belakangan ini kondisi kesehatan Dizan kembali memburuk," tutur Deni.
Deni menceritakan, awalnya, Dizan hanya batuk dan pilek biasa. Namun karena Dizan punya riawayat jantung bocor, penyakit batuk dan pilek tersebut menggangu sistem pernapasanya.
Ia menyebut, Dizan selalu sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan agar bisa bernafas dengan normal.
"Sudah seminggu saya tidak tidur. Karena Dizan tidak bisa tidur baring. Dia tidurnya harus duduk. Jadi kalau tidur harus dipegang, karena kalau baring dia sesak, perutnya penuh dan mengeras," kata Deni yang terlihat sangat sedih.
Sudah tiga hari Dizan dirawat. Harusnya, Dizan dirawat di ruang PICU, namun karena ruangan tersebut penuh, Dizan terpaksa dirawat di ruang kelas umum.
"Kalau di ruang PICU kan alatnya lebih lengkap. Tidak pakai infus seperti ini. Kalau pakai selang-selang seperti ini kan sesak nafasnya," kata Deni.
Persoalan lain, orang tua Dizan bukanlah tergolong orang mampu. Jeki (43), ayah Dizan hanya petani cabe. Rumah miliknya di Perumahan Pesona, Panam pun sudah terjual. Kini ia dan keluarga hidup menumpang.
Kartu Jamkesda dan BPJS yang dimiliki tidak bisa digunakan. "Jamkesdanya sudah mati belum diperpanjang, sedangkan BPJSnya barus diurus, dan baru aktif tanggal 26 Agustus," ujar Deni.
Deni sangat berharap ada uluran tangan dari donatur untuk membantu pengobatan anaknya. Ia khawatir, jika menunggu sampai tanggal 26 Agustus, kondisi kesehatan buah hatinya semakin memburuk.
"Saya nggak kerja lagi bang. Ibu rumah tangga biasa. Sedangkan suami saya kerjanya bertani cabe," imbuhnya.**
Sudah seminggu Deni tidak tidur. Itu dilakukannya demi Al Dizan Magribi, anak kandungnya yang menderita bocor jantung. Saat disambangi, di Ruang Merak, kamar Kelas III di lantai 3 rumah sakit milik pemerintah itu, Dizan terlihat lemas.
Beberapa peralatan medis menancap di tubuh mungilnya. Kaki kiri bocah tujuh tahun ini menancap sebuah jarum infus. Sedangkan rongga hidung dan mulutnya dipasangi selang oksigen.
Ia duduk terkulai lemas di atas tempat tidur. Karena memang, Dizan tidak bisa berbaring lantaran sakit yang ia derita.
Nafasnya terengah dan matanya terlihat sayu. Perutnya terlihat buncit dan keras saat ditekan. Padanganya terus tertuju ke ibunya yang menopang tubuhnya agar tidak tumbang.
"Kesehatannya terus memburuk setelah selama sepekan mengalami gangguan pernapasan," kata Deni.
Menurut Deni, jantung bocor yang diderita anaknya itu sudah sejak lahir. Tapi, dua tahun belakangan kondisi Dizan membaik. Bahkan anak ke empat dari lima bersaudara ini sudah sekolah di taman kanak-kanak.
"Sejak dua pekan belakangan ini kondisi kesehatan Dizan kembali memburuk," tutur Deni.
Deni menceritakan, awalnya, Dizan hanya batuk dan pilek biasa. Namun karena Dizan punya riawayat jantung bocor, penyakit batuk dan pilek tersebut menggangu sistem pernapasanya.
Ia menyebut, Dizan selalu sesak nafas dan sulit untuk bernafas. Sehingga membutuhkan alat bantu pernapasan agar bisa bernafas dengan normal.
"Sudah seminggu saya tidak tidur. Karena Dizan tidak bisa tidur baring. Dia tidurnya harus duduk. Jadi kalau tidur harus dipegang, karena kalau baring dia sesak, perutnya penuh dan mengeras," kata Deni yang terlihat sangat sedih.
Sudah tiga hari Dizan dirawat. Harusnya, Dizan dirawat di ruang PICU, namun karena ruangan tersebut penuh, Dizan terpaksa dirawat di ruang kelas umum.
"Kalau di ruang PICU kan alatnya lebih lengkap. Tidak pakai infus seperti ini. Kalau pakai selang-selang seperti ini kan sesak nafasnya," kata Deni.
Persoalan lain, orang tua Dizan bukanlah tergolong orang mampu. Jeki (43), ayah Dizan hanya petani cabe. Rumah miliknya di Perumahan Pesona, Panam pun sudah terjual. Kini ia dan keluarga hidup menumpang.
Kartu Jamkesda dan BPJS yang dimiliki tidak bisa digunakan. "Jamkesdanya sudah mati belum diperpanjang, sedangkan BPJSnya barus diurus, dan baru aktif tanggal 26 Agustus," ujar Deni.
Deni sangat berharap ada uluran tangan dari donatur untuk membantu pengobatan anaknya. Ia khawatir, jika menunggu sampai tanggal 26 Agustus, kondisi kesehatan buah hatinya semakin memburuk.
"Saya nggak kerja lagi bang. Ibu rumah tangga biasa. Sedangkan suami saya kerjanya bertani cabe," imbuhnya.**
0 Response to "Kasihan..Dizan Menderita Jantung Bocor Butuh Uluran Tangan"
Post a Comment