Melangkahlah, Lalu Berlarilah Anakku
Hari ini, Kamis (24/12/2015) cukup hari yang melelahkan. Tapi kelelahan itu musnah setelah melihat si kecil Azka mulai berani melangkahkan kaki tanpa bantuan Ayah dan Ibu. Sebenarnya, bukan pertama kali ia melangkahkan kaki kecilnya untuk berjalan. Hanya saja selama ini, Azka belum berani dan membutuhkan tangan Ayah dan Ibu untuk berpegangan agar bisa berjalan.
Terik matahari tak menyurutkan kami untuk sedikit mencari suasana lain di luar rumah dan membuang 'kebosanan'. Menyempatkan berkumpul dengan keluarga untuk menikmati manisnya durian dan legitnya pulut merupakan hal yang cukup menambah keakraban. Usai berkumpul, kami sempat membersihkan sepetak tanah dari ilalang liar. Menyemprot dan menebas, hingga semak yang tumbuh benar-benar bersih.
Capek memang, tapi semua itu musnah melihat tingkah Azka yang membuat kami terbahak. Usai Maghrib, Azka mengajak ayah dan ibu bermain. Ayah dan ibu duduk berhadapan dengan jarak sekitar 1 meter, lalu Azka mulai berdiri sendiri dan berjalan ke arah ayah dan ibu secara bergantian. Itu dilakukan berulang kali.
Tingkah itulah yang membuat kelelahan secara fisik musnah. Azka yang selama ini masih takut, mulai berani berdiri dan melangkah sendiri. Meski masih tiga sampai lima langkah dan masih terlihat gamang. Itu ia lakukan dengan semangat, mungkin 30 menit secara berulang-ulang. Teruslah melangkah, lalu berlarilah anakku.**
Terik matahari tak menyurutkan kami untuk sedikit mencari suasana lain di luar rumah dan membuang 'kebosanan'. Menyempatkan berkumpul dengan keluarga untuk menikmati manisnya durian dan legitnya pulut merupakan hal yang cukup menambah keakraban. Usai berkumpul, kami sempat membersihkan sepetak tanah dari ilalang liar. Menyemprot dan menebas, hingga semak yang tumbuh benar-benar bersih.
Capek memang, tapi semua itu musnah melihat tingkah Azka yang membuat kami terbahak. Usai Maghrib, Azka mengajak ayah dan ibu bermain. Ayah dan ibu duduk berhadapan dengan jarak sekitar 1 meter, lalu Azka mulai berdiri sendiri dan berjalan ke arah ayah dan ibu secara bergantian. Itu dilakukan berulang kali.
Tingkah itulah yang membuat kelelahan secara fisik musnah. Azka yang selama ini masih takut, mulai berani berdiri dan melangkah sendiri. Meski masih tiga sampai lima langkah dan masih terlihat gamang. Itu ia lakukan dengan semangat, mungkin 30 menit secara berulang-ulang. Teruslah melangkah, lalu berlarilah anakku.**
0 Response to "Melangkahlah, Lalu Berlarilah Anakku"
Post a Comment