Sepenggal Cerita Pengantar Wisuda
Saya teringat kata-kata abah (Alm) kepada saudara sepupunya, yang juga mempunyai anak, yang mengecap pendidikan di tempat saya mendapatkan embel-embel (S.Pd). Kira-kira begini kata-katanya “caklah kito iduik susah, nan pontiang anak kito sampai sikolahnyo”. Maknanya begini “Biarlah kita hidup susah, yang penting anak kita selesai sekolahnya (sarjana)”. Barangkali itu sebabnya, abah (Alm) menyanggupi permintaan kami anak-anaknya untuk melanjutkan pendidikan di bangku kuliah hingga selesai meski pun perekonomian keluarga serba pas-pasan dan walau pun harus ada yang mengalah untuk menganggur pendidikan di antara kami agar bisa menamatkan kakak pertama saya yang kala itu sedang skripsi.
Dalam kesempatan ini, saya hanya bisa berterimakasih banyak, terutama kepada Allah Swt, kedua orang tua saya M. Yamar (Alm) dan Andat, serta tiga saudara kandung saya. Tidak lupa pula kepada wanita spesial *(ayu) yang selalu menemani, sahabat-sahabat yang tak bisa disebut keseluruhan, juga My Bratvas Jhody M. Adrowi, Makmur HM, dan Muhammad Asqalani Eneste, dan juga tim redaksi Majalah Frasa; Yohana Fitri, Nia Nurul Syahara, dan Putu Gede Pradipta. Terimakasih banyak untuk semangat yang diberikan kepada saya.**
*Ayu (Sudah Menjadi Istri dan Ibu dari si kecil Azka)
0 Response to "Sepenggal Cerita Pengantar Wisuda"
Post a Comment