Kisah Suram Pemilukada
Saya tinggal di negara antah berantah, tepatnya di kota Pokanboru. Suatu hari yang cerah di tahun 2011, di kota saya sedang diadakan Pemilihan Kepala Daerah (Pemiluka), karena jabatan Walikota sebelumnya, Maman Abdillah yang menjabat selama dua periode berakhir.
Pada Pemilukada itu, hanya ada dua pasang calon walikota, yakni pasangan nomor urut 1 adalah Si Daus NT dan Alay Cahya. Sedangkan pasangan nomor urut 2 adalah Sabrina Wati dan Efrizal Malik.
Singkat cerita, hari pencoblosan pun tiba. Hasil penghitungan suara dimenangkan oleh pasangan Nomor urut 1 (Si Daus NT dan Alay Cahya). Namun, ternyata kemenangan pasangan nomor urut 1 tidak diterima begitu saja oleh pasangan nomor urut 2 (Sabrina Wati dan Efrizal Malik).
Pasangan ini mengadu ke Mahkamah Konstitusi (MK), katanya sih mengajukan banding. Pasangan nomor urut 2 menyebut Si Daus NT dan Alay Cahya curang, pembohonglah, dan menuduh pak Walikota yang lama, Maman Abdillah waktu itu memihak ke Si Daus NT, sebagai tim sukses. Entah apalah namanya, itu katanya.
Padahal, saya waktu itu baca koran yang menjelek-jelekkan Si Daus NT. Itu koran gratis diberikan kepada saya, mungkin kerjaannya Sabrina Wati dan Efrizal Malik kali ya, supaya nama Si Daus NT jelek. Siapa yang curang coba?
Entah Jampi-jampinya kuat atau entah mengapa, pencoblosan yang membosankan itu diulang lagi. Anehnya, pencoblosan ulang yang sudah dijadwalkan selalu ditunda-tunda alias lelet. Mungkin calon yang kalah biar ada waktu kali untuk sogok-sogokan supaya menang gitu. Entahlah ya, urusan mereka dan Tuhan lah itu.
Hari yang ditunggu-tunggu itu pun tiba. Akhirnya Pemungutan Suara Ulang (PSU) pun dilakukan. Tapi memang Dewi Fortuna selalu berpihak kepada Si Daus NT dan Alay Cahya. PSU itu dimenangkan lagi oleh pasangan Nomor urut 1. Skor 2-0 untuk kemenangan Si Daus NT dan Alay Cahya.
Bahkan, suara yang mereka peroleh meningkat dari yang sebelumnya. Dengan kata lain, Sabrina Wati dan Efrizal Malik kalah telak. Terbayang nggak tuh kalah untuk ke-2 kalinya, setelah berkoar-koar ngomong Si Daus NT pembohong dan curang?
Hari berganti minggu, bulan berganti tahun. Si Daus NT dan Alay Cahya mantap duduk di singgasananya. Mantap menjalankan visi-misinya. Namun, pesona sang bintang runtuh di mata penggemarnya. Penggemar kecewa, Si Daus NT dan Alay Cahya kini jadi cerita warung kopi. Seperti cerita syair Dingin, Yuni Shara. Kini janji tinggal janji.**
0 Response to "Kisah Suram Pemilukada "
Post a Comment